Piala Dunia 2026 - Sepak Bola, Dunia
Dilepas dalam sunyi, kembali dengan prestasi
Sumber gambar, PERSATUAN SEPAK BOLA AMPUTASI INDONESIA (PSAI)
Rusharmanto Sutomo tak kuasa menahan air mata ketika pada pertengahan Maret lalu, dia melepas keberangkatan tim Garuda Inaf menuju Bangladesh untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia.
Pelepasan itu terasa begitu sunyi, berbeda dengan pelepasan tim-tim olahraga lainnya ketika hendak mewakili negara dalam ajang olahraga bergengsi.
"Di tengah prestasi yang bisa dibilang sejarah sepakbola, pelepasannya itu sepi, di tengah kesunyian," kata Sutomo.
Sutomo merupakan salah satu pendiri tim Garuda Inaf pada 2018, yang kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Sepakbola Amputasi Indonesia (PSAI).
Sebelum ke Bangladesh, PSAI pontang-panting mencari dana. Kondisi tim memang serba terbatas, jauh dari fasilitas yang selayaknya didapatkan oleh sebuah tim nasional.
Sumber gambar, IVAN BATARA/BBC INDONESIA
Setiap musim latihan, para pemain menginap di mes milik Sutomo yang berlokasi di kawasan padat penduduk di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Terdapat tiga kamar di mes itu, sedangkan jumlah pemain dan anggota tim yang menginap mencapai 20 orang. Terkadang sebagian harus tidur di lantai beralas kasur tipis atau karpet.
Tidak ada bus khusus untuk keberangkatan tim menuju tempat latihan. Biasanya mereka konvoi menggunakan sepeda motor, mengesampingkan risiko yang bisa menimpa di jalan.
Selepas latihan, mereka terbiasa makan bersama di warteg. Tidak ada menu khusus atlet dengan asupan gizi yang ditakar.
Keberangkatan ke Bangladesh pun akhirnya terwujud setelah ada bantuan dari sejumlah pihak. Itu pun mereka masih harus berutang pada agen perjalanan dan saat ini masih mengumpulkan dana untuk menggantinya.
"Bahkan teman-teman itu transit di Malaysia minum satu botol air untuk 18 orang pemain, diputar, karena anggarannya sudah tipis benar untuk beli sesuatu, untuk makanan enggak cukup," kenang Sutomo.
"Dengan serba kekurangan, teman-teman itu membuktikan komitmen mereka untuk bermain sebaik-baiknya. Walaupun kita punya keterbatasan, kita enggak mau kalah dengan teman-teman yang orang bilang dalam kondisi komplit," tuturnya.
Sumber gambar, Aditya
Setelah lolos ke putaran final Piala Dunia, tim Garuda Inaf berharap pemerintah bisa memfasilitasi mereka. Apalagi, Kementerian Pemuda dan Olahraga turut menargetkan agar Garuda Inaf bisa mencapai 10 besar dalam Piala Dunia nanti.
"Kita sih semua pemain optimistis (dengan target) itu, yang penting yang kami butuhkan saat ini sarana dan prasarana yang lebih dari sebelumnya," ujar Tomo.
Tak ada anggaran khusus, hanya penyambutan
Sumber gambar, ANTARA FOTO
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali sebelumnya menjanjikan dukungan bagi Tim Garuda Inaf berupa tempat latihan, transportasi, hingga nutrisi menjelang Piala Dunia. Tetapi sejauh ini, dukungan itu belum terealisasi.
Sekretaris Menteri Pendidikan dan Olahraga, Joni Mardizal justru mengatakan belum ada anggaran khusus untuk akomodasi para pemain Garuda Inaf. Bentuk perhatian pemerintah sejauh ini, kata dia, baru sebatas pelepasan dan penyambutan bagi tim.
"Kalau bentuk dukungan, dengan kehadiran Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga saat pelepasan dan menyambut kedatangan mereka itu salah satu bentuk perhatian. Tapi secara finansial mungkin karena keterbatasan anggaran kita belum dianggarkan khusus untuk itu," kata Joni kepada BBC News Indonesia.
Ingin setara dengan tim non-disabilitas
Sumber gambar, IVAN BATARA/BBC INDONESIA
Bagi Bahir dan rekan-rekan satu timnya, berlaga di Piala Dunia 2022 adalah langkah awal menuju mimpi mereka yang lebih besar: mencapai posisi yang setara dengan tim non-disabilitas.
Mereka mendambakan suatu saat nanti muncul lebih banyak klub di berbagai daerah di Indonesia, sehingga bisa membentuk kompetisi sendiri seperti Liga 1 Indonesia. Dengan demikian, mereka juga terus bisa mengasah kemampuan mereka di lapangan hijau.
"Mimpi kami supaya sepak bola amputasi ini berkembang seperti sepak bola non-disabilitas, liganya berkembang, ada anggaran pembinaan dari Timnas sampai ke daerah-daerah, jadi sepak bola ini bisa menjadikan hidup difabel lebih baik," kata dia.
Ajak Semua Kenalanmu Langganan First Media
Login terlebih dahulu dengan FirstID Anda untuk mendaftarkan teman/kerabat Anda
Cara Mendaftaran Teman/Kerabat
Federasi Sepak Bola Dunia (bahasa Inggris: Fédération Internationale de Football Association, disingkat FIFA) adalah organisasi olahraga internasional yang mengatur sepak bola. FIFA didirikan pada tahun 1904 dan bermarkas di Zurich, Swiss. FIFA adalah badan pengatur sepak bola terbesar di dunia, dengan 211 anggota asosiasi nasional.
FIFA bertanggung jawab atas penyelenggaraan turnamen sepak bola internasional seperti Piala Dunia FIFA dan Piala Konfederasi FIFA. FIFA juga memiliki wewenang dalam mengatur aturan permainan sepak bola, menjaga integritas dalam olahraga tersebut, serta mengembangkan sepak bola di seluruh dunia.
Tugas utama FIFA adalah untuk mengembangkan dan memajukan sepak bola di seluruh dunia, menetapkan aturan permainan, mengadakan turnamen dan pertandingan internasional, dan memberikan bantuan finansial dan teknis kepada anggota asosiasi sepak bola nasional. Selain itu, FIFA juga bertanggung jawab untuk menjaga integritas dan etika olahraga, termasuk dalam hal pencegahan penipuan, korupsi, dan pengaturan skor dalam sepak bola.
FIFA juga bertanggung jawab atas penghargaan bergengsi seperti Piala Dunia FIFA dan Ballon d’Or, serta berbagai penghargaan lainnya untuk para pemain sepak bola yang tampil istimewa di kancah internasional.
Selain FIFA, terdapat juga konfederasi regional yang mengatur sepak bola di masing-masing benua seperti Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Konfederasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Konfederasi Sepak bola Oseania (OFC), dan Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) dan Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF).
Pengaturan skor FIFA adalah tindakan ilegal yang melibatkan manipulasi hasil pertandingan sepak bola dengan tujuan untuk mempengaruhi taruhan atau keuntungan finansial lainnya. FIFA memiliki peraturan yang ketat untuk melindungi integritas olahraga dan mencegah pengaturan skor.
FIFA mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun yang terlibat dalam pengaturan skor. Ini termasuk sanksi yang meliputi larangan bermain sepak bola, larangan bertindak sebagai ofisial atau anggota staf, denda dan hukuman pidana.
Selain itu, FIFA juga telah mengembangkan program yang disebut “FIFA Integrity Initiative” untuk membantu mencegah pengaturan skor. Program ini mencakup pendidikan untuk atlet dan staf klub tentang bahaya pengaturan skor, pelatihan untuk wasit dan ofisial lainnya tentang cara mengidentifikasi dan melaporkan tindakan pengaturan skor, dan kerja sama dengan lembaga penegak hukum di seluruh dunia untuk menangkap dan mengadili pelaku pengaturan skor.
FIFA adalah sebuah organisasi olahraga internasional yang mengatur sepak bola di seluruh dunia. Sebagai organisasi yang sangat besar dan berpengaruh, FIFA kadang-kadang terlibat dalam isu-isu politik.
Beberapa contoh keterlibatan FIFA dalam politik antara lain:
Pemilihan tuan rumah Piala Dunia: Proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia seringkali diwarnai oleh politik dan intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini terjadi pada pemilihan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018, yang dianggap kontroversial karena adanya tuduhan korupsi dan intervensi politik.
Pengaruh politik dalam pengambilan keputusan: FIFA seringkali dituduh terlalu dipengaruhi oleh kepentingan politik dalam pengambilan keputusan. Contohnya adalah saat FIFA menolak permintaan Inggris untuk mengenakan pita hitam sebagai bentuk penghormatan terhadap korban tragedi Hillsborough, yang dianggap terlalu politis.
Pengaruh politik dalam pemilihan kepemimpinan: Pemilihan kepemimpinan di FIFA seringkali dipengaruhi oleh politik dan intervensi dari pihak-pihak tertentu. Hal ini terjadi pada pemilihan Sepp Blatter sebagai presiden FIFA, yang dituduh terpilih atas dasar pengaruh politik dan korupsi.
Hubungan dengan pemerintah dan sponsor: FIFA memiliki hubungan yang erat dengan pemerintah dan sponsor-sponsor besar, yang juga seringkali terlibat dalam politik. Hubungan ini bisa mempengaruhi keputusan dan tindakan FIFA dalam banyak hal, termasuk dalam hal politik.
Dalam kesimpulannya, FIFA kadang-kadang terlibat dalam isu-isu politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terkait dengan posisi dan perannya sebagai organisasi olahraga internasional yang sangat besar dan berpengaruh.
Penulis: Amri Zainuddin, S.E., Kepala Bagian Administrasi Akademik & Kemahasiswaan Kalla Institute
Berikut adalah Daftar tim nasional sepak bola di dunia. Terdiri dari semua tim sepak bola yang mewakili pengakuan dan semi-pengakuan negara berdaulat, serta tim perwakilan lainnya yang menjadi anggota Fédération Internationale de Football Association (FIFA), badan yang mengatur sepak bola dunia, atau konfederasi benua FIFA yang berafiliasi. Dikecualikan dari daftar tim yang mewakili entitas sub-nasional yang bukan anggota organisasi yang disebutkan di atas, atau tim yang mewakili negara-negara yang belum diakui.
Saat ini ada 211 anggota FIFA, masing-masing diberikan kode negara.
Bagian ini berisi daftar saat ini:
Anggota FIFA berhak untuk ikut serta dalam Piala Dunia FIFA dan pertandingan antara mereka diakui sebagai pertandingan internasional resmi. Berdasarkan hasil pertandingan mereka selama periode empat tahun sebelumnya, Peringkat Dunia FIFA, dipublikasikan secara bulanan oleh FIFA, membandingkan kekuatan relatif dari tim nasional. Tim nasional yang menjadi anggota (penuh atau asosiasi) konfederasi mereka, tetapi tidak memiliki keanggotaan FIFA, mampu bersaing di kejuaraan konfederasi, tetapi pertandingan mereka tidak termasuk dalam pertandingan internasional.
* Nb: Anggota asosiasi dan non-anggota FIFA.
FIFA menjalankan Piala Dunia sebagai turnamen bagi tim nasional untuk menemukan juara dunia. Setiap konfederasi juga menjalankan kejuaraannya sendiri untuk menemukan tim terbaik dari antara anggotanya:
UAFA menjalankan turnamen semi-reguler bagi para anggotanya, Kejuaraan Arab
*AFC beroperasi pada turnamen internasional kedua, Piala Challenge AFC. Hal ini merupakan untuk tim-tim nasional yang digolongkan sebagai emerging nations oleh AFC. Pemenang Piala Challenge otomatis menerima tempat di Piala Asia berikutnya **CAF beroperasi pada turnamen internasional kedua, Kejuaraan Nasional Afrika (terkadang disebut sebagai Kejuaraan Afrika atau CHAN) yang dimainkan antara tim nasional terbaik dari Afrika, menampilkan secara eksklusif pemain yang aktif dalam kejuaraan nasional dan memenuhi syarat untuk bermain di musim yang sedang berlangsung. Pemain asing, terlepas dari mana mereka bermain, bahkan di Afrika, mungkin tidak memenuhi syarat untuk ambil bagian di Kejuaraan Afrika.[2][3]
Pemegang Piala Dunia saat ini ditandai dengan ♠. Pemegang kejuaraan masing-masing konfederasi saat ini ditandai dengan ♣.
Saat ini ada 211 anggota FIFA, masing-masing diberikan kode negara.
Mantan anggota FIFA yang telah bersatu dengan negara lain, telah merdeka, terpecah, tukar nama, dan sebab-sebab lain.
Piala Dunia 2026 - Sepak Bola, Dunia
Berikut ini informasi selengkapnya yang diberikan oleh developer tentang jenis data yang mungkin dikumpulkan dan dibagikan oleh aplikasi ini, serta praktik keamanan yang mungkin diikuti oleh aplikasi tersebut. Praktik data dapat bervariasi berdasarkan versi aplikasi, penggunaan, wilayah, dan usia Anda.
'Sepak bola itu untuk semua'
Sumber gambar, Aditya
Aditya, 24, meniti karirnya sebagai pesepakbola di Persib U-17 pada 2014. Dalam sebuah pertandingan persahabatan antar-kampus di Bandung pada 2017, Aditya mengalami patah tulang setelah kakinya ditekel sangat keras oleh pemain lawan.
Cedera yang dia alami kemudian ditangani dengan pengobatan alternatif, tanpa penanganan medis yang tepat selama dua tahun.
Kondisi kaki Aditya pun memburuk sampai harus diamputasi. Selama dua tahun Aditya tidak bisa beraktivitas dan merasa karirnya sebagai pesepakbola akan tamat. Dia akhirnya memilih diamputasi pada 2019.
"Seenggaknya kalau saya diamputasi, saya bisa bangun dan melanjutkan hidup lagi walaupun dengan satu kaki," kata Adit kepada BBC News Indonesia.
"Waktu itu juga sempat terpikir saya enggak bisa main bola lagi, karena saya enggak tahu ada sepakbola amputasi ini," lanjut dia.
Padahal bagi Aditya, sepak bola adalah "panggilan jiwa". "Ada yang kurang rasanya kalau enggak main bola," tuturnya.
Sumber gambar, Aditya
Aditya kemudian diberitahu temannya mengenai sepak bola amputasi dan tertarik mencoba berlatih.
Dia mengaku kesulitan pada awalnya. Sebab, sepak bola amputasi memiliki aturan yang berbeda dengan sepak bola non-disabilitas.
Pada sepak bola amputasi, setiap pemain harus menggunakan dua tongkat penopang sebagai tumpuan saat bermain. Satu tim terdiri dari tujuh orang, bukan sebelas. Ukuran lapangannya juga lebih kecil dengan durasi pertandingan dua kali 25 menit.
"Saya harus mengulang lagi dari dasar, nendang bola pakai tongkat bagaimana, sulit pas awalnya. Saya cuma bisa jalan cepat dengan tongkat, setiap hari latihan gimana caranya saya bisa lari. Lama-lama saya bisa dan ada motivasi lagi untuk main bola lagi," ujar Aditya.
Kepercayaan diri Aditya pun perlahan bangkit. Dia kemudian lolos seleksi Tim Nasional Sepakbola Amputasi dan kini menyandang ban kapten.
Bagi Aditya, bisa berlaga di Piala Dunia terasa seperti mimpi. Ini adalah sesuatu yang bahkan tidak berani dia impikan ketika bermain di tim non-disabilitas.
Sumber gambar, PERSATUAN SEPAK BOLA AMPUTASI INDONESIA (PSAI)
Kini, Aditya berharap timnya bisa meraih hasil yang baik dalam Piala Dunia. Di luar itu, Aditya bercita-cita mendirikan sekolah sepak bola amputasi.
"Banyak orang yang diamputasi bahkan sejak usia dini ingin main bola, tapi enggak ada wadah dan pembinaannya, kan sayang," kata Aditya.
"Padahal mereka bisa membanggakan keluarga walau ada keterbatasan. Seperti tim ini yang sudah membuktikan kalau siapa saja bisa memainkan sepak bola. Sepak bola itu untuk semua, enggak ada itu diskriminasi dan perbedaan," tutur dia.
'Dengan sepak bola kami dikasih mimpi'
Sumber gambar, IVAN BATARA/BBC INDONESIA
Bahir, yang kini berusia 23 tahun, terlahir dengan satu kaki. Sejak kecil dia gemar bermain sepak bola bersama teman sebayanya di Jember, Jawa Timur. Lapangan sepak bola pertama bagi Bahir adalah halaman depan rumah tetangganya.
"Kalau ketahuan sama orang itu (tetangga) ya saya dimarahi, karena pasti hancur saya kan pakai hand grip dari kayu, itu bobotnya sekitar dua sampai tiga kilogram, jadi pasti hancur. Akhirnya 'ya boleh main sepak bola, tapi kamu (Bahir) jangan," kenang Bahir sambil tertawa.
Bahir berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai pengumpul batu gamping.
Semasa kecil hingga remaja, Bahir tak pernah terpikir untuk menjadi pesepakbola profesional. Dia bahkan tak berani bermimpi untuk berlaga di Piala Dunia.
Sumber gambar, Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI)
Jalannya mulai terbuka ketika Bahir bergabung dengan klub sepak bola amputasi di Jember, Persaid pada 2019. Saat itu lah Bahir menemukan mimpinya di lapangan hijau.
"Kalau amputasi itu pasti bingung ke depannya gimana karena cari kerjaan aja sulit, tapi dengan sepak bola ini kita dikasih mimpi dan diajarkan jadi pesepakbola profesional," ujar penggemar Lionel Messi ini.
Satu tahun dia berlatih tanpa ada pertandingan, tanpa digaji. Sampai akhirnya Bahir berhasil lolos seleksi menjadi pemain Tim Nasional.
Statusnya menjadi pemain Timnas tidak serta merta membuat perjalanan Bahir lantas mudah. Sebab, Tim Garuda Inaf sendiri pun dalam kondisi yang serba terbatas.
Sebelum berangkat ke Jakarta untuk berlatih menuju babak kualifikasi Piala Dunia, Bahir harus berhutang Rp1.000.000 untuk persiapan membuat paspor hingga ongkos perjalanan.
Bahir pernah terpaksa menggunakan sepatu yang sempit, sehingga kakinya lecet. Akhirnya Bahir pun urunan dengan rekan satu timnya, Muhammad Lucky, untuk membeli sepasang sepatu. Bahir menggunakan yang kiri, sedangkan Luki menggunakan yang kanan.
Bahkan sampai saat ini pun, tidak ada gaji tetap untuk para pemain Garuda Inaf. Di luar sepak bola, Bahir menggantungkan hidupnya dengan berjualan voucher internet.
"Maklum perjuangan kami masih baru jadi mungkin harus rela berkorban banyak. Namanya hobi sepak bola ya tetap bertahan," kata dia.
Timnas Indonesia lolos piala dunia sepak bola amputasi: Dilepas dalam sunyi, pulang bawa prestasi
Sumber gambar, IVAN BATARA/BBC INDONESIA
Tiga tahun yang lalu, Muhammad Shidiq Bashiri atau Bahir bermimpi untuk bisa berlaga di ajang sepak bola internasional. Kini, Bahir berhasil mewujudkan mimpi itu.
Bahir merupakan salah satu punggawa yang berhasil membawa Tim Nasional Sepak bola Amputasi untuk pertama kalinya lolos ke Piala Dunia 2022 yang akan digelar di Turki pada Oktober.
Pada Rabu (30/3), Bahir dan rekan-rekan satu timnya unjuk gigi dalam laga uji coba melawan tim dari komunitas non-disabilitas di Jakarta.
Di tengah lapangan hijau, Bahir tampak lincah menggocek, mengoper, dan menendang bola meski dengan satu kaki. Dia menggunakan dua tongkat sebagai penopangnya ketika berlari. Begitu pula dengan rekan-rekan setim lainnya.
Meski pertandingan sore itu berakhir dengan kekalahan, tim yang juga dikenal dengan nama Garuda Inaf ini berhasil menunjukkan keberanian dan daya juang mereka.
Menurut Bahir, ini pula yang menjadi modal utama mereka sampai akhirnya lolos ke Piala Dunia. Padahal tim yang mereka hadapi seperti Malaysia dan Jepang jauh lebih berpengalaman di ajang internasional. Mereka bisa tampil dengan percaya diri, mengalahkan rasa minder setelah selama ini kerap diremehkan dan diabaikan.
Bagi Bahir pribadi, semangatnya terus membara tiap kali mengingat nasehat pelatih pertamanya di Jember yang meneguhkan bahwa dia setara dengan para punggawa Timnas Indonesia.
"Waktu itu coach bilang, 'Kamu tahu Asnawi Mangkualam?', 'Iya coach'. 'Sampean tahu Evan Dimas?' Saya jawab, 'Iya tahu'.
"Coach bilang, 'Levelmu itu sama dengan dia, karena kamu sudah lolos ke Timnas dan ini menuju ke kualifikasi, itu sama-sama bela negara, itu kelasnya sama'," kenang Bahir.
"'Walaupun kamu amputasi, tapi yakinlah bahwa garudamu itu tetap dua sayap, bukan satu sayap.' Waktu (dengar) itu saya nangis," katanya.
Sayangnya sampai saat ini, tim Garuda Inaf belum mendapat dana dan fasilitas layaknya sebuah tim nasional.